Perkembangan zaman cukup memberikan efek serius terhadap revolusi pola pikir, perilaku, serta cara pandang manusia. Untuk menghadapi perubahan ini, perlu adanya dorongan dalam mengimplementasikan nilai intelektual berbasis Ketuhanan, sehingga ilmu tidak hanya sebagai pengetahuan, tetapi juga alat untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Hal tersebut disampaikan oleh Bupati Lamongan, Yuhronur Efendi, dalam Pembukaan Darul Arqam Madya PC Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC IMM) Lamongan, di Universitas Muhammadiyah Lamongan (UMLA), Rabu (19/11).

"Saat ini kita dihadapkan pada revolusi kecerdasan buatan yang mampu mengenali bagaimana cara kita berpikir dan berinteraksi dengan sekitar. Efeknya adalah tidak sedikit berita hoax yang tersebar di media sosial. Selain itu, meningkatnya juga tekanan khususnya pada generasi muda, yang berpengaruh kesehatan mental akibat dari budaya yang serba instan. Berangkat dari hal inilah pentingnya memahami intelektual emansipatoris, yang mana ilmu bukan hanya sebagai pengetahuan, tetapi juga alat bicara khususnya kepada masyarakat yang rentan dan tertinggal," ucap Bupati Lamongan.
Selain itu, Pak Yes juga menambahkan terkait kewajiban untuk meningkatkan kapasitas diri melalui literasi, serta menjaga integritas dalam kondisi apa pun. Komitmen tersebut tentu perlu diwujudkan dalam tindakan atau aksi nyata, sehingga mampu memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.
"Teruntuk adik-adik saya berpesan untuk senantiasa meningkatkan kapasitas atau value diri. Hal ini bisa dimulai dengan meningkatkan budaya literasi, memperluas jejaring, serta menjadi pribadi yang beretika dan berintegritas. Saya yakin, melalui Darul Arqam Madya PC IMM Lamongan, akan mampu memberdayakan manusia-manusia yang berkarakter baik secara intelektual, sosial, maupun agama, sehingga akan menjadi strategi sekaligus kekuatan bagi masa depan Lamongan dan juga bagi bangsa," imbuh Bupati Yuhronur.

Sementara itu, Rektor UMLA, Abdul Aziz, menekankan bahwa sebagai pribadi yang berpendidikan, jangan sampai mengedepankan sikap kritis tanpa memiliki dasar ilmiah. Setiap kritik harus diarahkan untuk membangun, disampaikan dengan argumentasi yang kuat, dan didasarkan pada etika akademik yang bertanggung jawab.
"Nilai ketakwaan dan keimanan adalah pondasi bagi kehidupan dalam mengembangkan ketakwaan berbasis intelektual. Melalui UMLA, lahir pribadi yang berkarakter dan berwawasan luas. Jangan sampai sifat kritis tidak dibarengi dengan wawasan ilmiah. Kami akan terus berupaya untuk mendukung pengkaderan ini, agar mampu melahirkan generasi yang tidak hanya unggul dalam kapasitas akademik, tetapi juga memiliki sensitivitas sosial, nilai ketakwaan, serta komitmen kuat terhadap kemajuan umat dan bangsa," pungkasnya.
Sumber : @prokopimkab.lamongan