Panen Raya Padi di Desa Tunggunjagir

Panen raya padi adalah periode ketika mayoritas petani dalam suatu wilayah memanen tanaman padinya secara serempak. Momen ini biasanya terjadi setelah masa tanam selama 100–120 hari (tergantung varietas dan kondisi lingkungan). Panen raya sering kali terjadi dua kali dalam setahun di daerah yang memiliki irigasi baik: Musim Tanam (MT) I sekitar Maret–April, dan MT II sekitar Juli–Agustus.

Pada Hari Selasa Tanggal 08 Juli 2025, Forkopimcam Mantup yang dihadiri oleh Bapak Kapolsek Mantup, Bapak Danramil, Bapak Sekcam serta Bapak Kades Tunggunjagir melakukan giat Panen Raya Padi di Desa Tunggunjagir Kecamatan Mantup. Diawali dengan pemotongan padi secara simbolis menggunakakan sabit, selanjutnya dilakukan perontokan padi dari batangnya menggunakan alat perontok (thresher), sampai dengan penimbangan padi yang sudah dimasukkan ke dalam karung.

Di Indonesia khususnya di wilayah Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur, pertanian padi menjadi mata pencaharian masyarakat. Indonesia menjadi salah satu tulang punggung ketahanan pangan nasional dan juga produsen padi terbesar dunia, setelah Tiongkok, India, dan Bangladesh. Produksi rata-rata ±55–60 juta ton gabah kering giling per tahun.

Panen raya ini memiliki dampak positif dan negatif bagi para petani, Untuk dampak positifnya yakni ketersediaan beras melimpah, petani memperoleh pendapatan utama dari penjualan gabah/beras, peluang kerja meningkat terutama di sektor pengangkutan, penggilingan, dan distribusi. Disamping itu ada beberapa dampak negatif panen raya diantaranya harga gabah bisa anjlok karena over supply yang akan merugikan petani, ketergantungan pada tengkulak (jika tidak ada sistem tata niaga yang adil), minimnya tempat penyimpanan dan pengolahan hasil panen.